Senin, 16 Oktober 2023

Mbah Syuaib dan Vespa Birunya

 Diantara para tokoh dan sesepuh Muhammadiyah Bantul mungkin saat ini tinggal Mbah Syuaib saja yang masih hidup. Mungkin kaum generasi muda Muhammadiyah saat ini, sedikit yang mengetahui tokoh-tokoh sepuh Muhammadiyah seperti Mbah Syuaib ini. Mbah Syuaib sudah sangat sepuh, usianya sekitar 93 tahun, sungguh usia yang sangat panjang. 

    Perjumpaan saya dengan simbah Syuaib berawal dari pencarian saya akan hari milad SD Muhammadiyah Bantul Kota. Sudah beberapa waktu saya mencari sumber-sumber yang bisa menunjukkan kapan milad SD Muhammadiyah Bantul Kota. Sebab seumur-umur saya, selama hampir 19 tahun mengabdi di SD Muhammadiyah Bantul Kota belum pernah sekalipun ada acara untuk memperingati hari milad SD Muhammadiyah Bantul Kota.

 Kepada para pemangku kepentingan pendidikan di Persyarikatan pernah saya tanyakan, baik di Sekretariatan Majlis Dikdasmen PWM dan juga Sekretariatan Majlis Dikdasmen PDM tentang piagam pendirian tidak pernah ditemukan salinan dokumennya, dan sampai hari ini pun dokumen tersebut tidak ditemukan di sekolah SD Muhammadiyah Pepe yang dahulu induk dari SD Muhammadiyah Bantul Kota.

      Di tengah pencarian sumber-sumber tersebut terdengar kabar bahwa masih ada sesepuh Muhammadiyah Bantul yang mengetahui riwayat SD Muhammadiyah Bantul Kota. Tokoh tersebut inilah yang kita sebut namanya di awal, yaitu Mbah Syuaib. Dengan dua orang teman sejawat, Bu Hajar dan Pak Saipul, akhirnya saya beranikan diri untuk sowan ke rumah Mbah Syuaib.

  Rumah Mbah Syuaib ada di dusun Bejen, Bantul. Membawa oleh-oleh sekedarnya senin, sekitar jam 10 lebih kami sowan ke rumah Mbah Syuaib. Mbah Syuaib sudah siap menerima kami. Mbah Syuaib sudah kelihatan sepuh sekali, memakai baju batik Muhammadiyah Hijau, memakai peci hitam, bersarung dan memakai kursi roda elektrik yang bekerja dengan bantuan listrik. Mbah Syuaib menemui kami dengan didampingi simbah putri.

 Setelah berbasa-basi sejenak, saya mulai menyatakan maksud kedatangan kami ke Mbah Syuaib. Dengan antusias Mbah Syuaib menceritakan asal usul SD Muhammadiyah Bantu Kota. Di ceritakan bahwa SD Muhammadiyah Bantul Kota merupakan  Sekolah filial SD Muhammadiyah Pepe, yang beralamat di dusun Pepe, Trirenggo, Bantul. Sebagai Sekolah filial SD Muhammadiyah Bantul Kota belumlah mempunyai tempat yang tetap untuk kegiatan belajar mengajarnya. Sering berpindah-pindah tempat, mulai dari pendopo di depan bapak Ismoyo, hingga ke teras rumah bapak Ismoyo. Bapak Ismoyo sendiri pada waktu itu merupakan tokoh Muhammadiyah yang menjabat majlis pendidikan Muhammadiyah Daerah Bantul.

  Suatu ketika terdengar kabar bahwa, bekas gedung SMI (Sekolah Menengah Islam) di kompleks Masjid Jamasba akan diberikan ke suatu Yayasan untuk pengelolaannya. Mbah Syuaib ketika itu segera pikirannya melayang ke nasib SD Muhammadiyah Bantul Kota yang belum mempunyai tempat tetap untuk kegiatan belajar mengajarnya. Secepatnya Mbah Syuaib dengan mengendarai kuda besi kesayangannya, Vespa Biru melaju ke Kauman menemui Bapak Juweni, Kepala Depag yang mengelola sekolah-sekolah agama ketika itu.

   Mbah Syuaib secara pribadi memohon kepada Bapak Juweni agar pengelolaan gedung bekas SMI tersebut diberikan kepada Persyarikatan Muhammadiyah dengan peruntukan sebagai tempat belajar mengajar SD Muhammadiyah Bantul Kota. Setelah debat yang cukup alot antara kedua tokoh tersebut, akhirnya Bapak Juweni setuju, dan minta dipertemukan dengan semua tokoh-tokoh Muhammadiyah Bantul.

  Mbah Syuaib pun bergerak cepat setelah mendapatkan pernyataan dari pejabat berwenang tersebut. Kemudian dengan Vespa Birunya, Mbah Syuaib mengbungi tokoh-tokoh Muhammadiyah Bantul yang tersebar di sekitar wilayah Bantul. Pada hari yang ditentukan diadakan pertemuan di rumah Bapak Ismoyo antara pejabat-pejabat berwenang pengelola Sekolah-sekolah agama di Bantul dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah Bantul. 

    Mbah Syuaib dengan kuda besinya, Vespa Biru kembali beraksi untuk suksesnya pertemuan tersebut. Mbah Syuaib dengan inisiatif sendiri menjemput para tokoh-tokoh yang diundang dalam pertemuan tersebut. Mbah Syuaib menjemput sendiri Bapak Juweni di tempat tingalnya di Kauman. Mondar-mandirnya Mbah Syuaib dengan Vespa birunya jangan dianggap seenak sekarang, jalan aspal mulus dan lebar. Hari itu tahun 1980an, jalan-jalan di Bantul belumlah sebaik hari ini. Kalaupun ada jalan beraspal, belum semuanya baik seperti saat ini. Bisa dibayangkan betapa perjuangan berat Mbah Syuaib untuk menegakkan Muhammadiyah secara umum dan secara khususnya bagi SD muhammadiyah Bantul Kota. Mbah Syuaib tidak ada yang menyuruh untuk melaksanakan itu semua. Mbah Syuaib meletakkan beban berat di pundaknya sendiri atas keinginan hati nuraninya sendiri. Demi kelangsungan pendidikan kader Muhammadiyah yang bisa dihasilkan jika SD Muhammadiyah Bantul Kota mendapatkan tempat yang layak untuk kegiatan Belajarnya.

   Perjuangan Mbah Syuaib tidaklah berakhir dengan sia-sia. Pertemuan tersebut yang dihadiri oleh unsur Pimpinan Muhammadiyah Daerah, Kepala Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah, dan Kepala SD Muhammadiyah Bantul Kota fillial Pepe, pada tanggal 15 Januari 1987 menghasilkan keputusan bahwa pengelolaan gedung bekas SMI diserahkan kepada SD Muhammadiyah Bantul Kota sebagai tempat belajar mengajar. Hasil pertemuan tersebut kemudian disahkan dalam sebuah surat keputusan Pimpinan Muhammadiyah Daerah Bantul yang ditandatangani Ketua; Drs H. Syua`ib Mustofa dan Sekretaris; Drs. H. Asrori Ma`ruf.

   Sayang saat dipenghujung pertemuan dengan Mbah Syuaib, saya lupa menanyakan kemana si vespa Birunya, apakah masih disimpan atau tidak? Terima kasih Mbah Syuaib atas perjuangannya untuk SD Muhammadiyah Bantul Kota. Semoga menjadi amal jariyah Mbah Syuaib dan bapak-bapak tokoh Muhammadiyah yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Kami lah sekarang yang sekarang akan meneruskan perjuangan Mbah Syuaib. 

Ditulis oleh Bapak Andika Dwi Cahyanto, S.Pd.


SD Muh Bantul Kota

Author & Editor

SD Muhammadiyah dengan motto Sekolah Para Juara.

0 comments:

Posting Komentar