Minggu, 10 April 2022

TRADISI DAN PELUANG EKONOMI DI BULAN RAMADHAN

SD Muh Bantul Kota

 

 


Oleh : Galih Gandhatri, S.Pd.

Bagi umat muslim, Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Bulan suci penuh ampunan, dimana setiap pahala ibadah dilipatgandakan oleh Allah SWT. Ketika datangnya bulan suci Ramadhan, umat muslim menyambut dengan suka cita dan mempersiapkan segala sesuatunya baik yang bersifat lahiriyah maupun batiniyah. Salah satu hal yang cukup menarik ketika bulan Ramadhan datang adalah semarak jajanan yang berada di hampir semua ruas jalan se-Indonesia. Ada yang menyebut jajanan tersebut dengan istilah ta’jil.

Meskipun tengah dilanda pandemi Covid-19, saat ini masih terdapat beraneka ragam makanan yang dijajakan oleh masyarakat ketika bulan Ramadhan. Mulai dari yang rasanya manis, asin, pedas, hingga gurih. Mulai dari yang warnanya putih, cokelat, merah, hingga hijau. Hampir semuanya ada, berwarna-warni menambah semaraknya bulan suci Ramadhan.

ร˜  Tradisi dan peluang

Fenomena banyaknya jajanan ketika bulan Ramadhan merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang semakin hari semakin berkembang. Tak heran apabila kondisi perekonomian akan terangkat saat bulan Ramadhan tiba. Bagi masyarakat, fenomena seperti ini menjadi peluang untuk berkarya sekaligus menambah penghasilan sembari menungggu waktu berbuka puasa. Tidak sedikit masyarakat yang menjadi penjual “dadakan” saat bulan Ramadhan. Mahasiswa dan pelajar pun seakan juga tidak mau melewatkan kesempatan seperti ini untuk menambah uang saku mereka. Singkat kata, fenomena banyaknya jajanan menjelang berbuka puasa di bulan Ramadhan merupakan tradisi yang dapat memberikan peluang bisnis bagi siapa saja mulai dari pemerintah daerah, masyarakat umum, hingga pelajar dan mahasiswa.

ร˜  Berburu simpati

Sebagai masyarakat yang menjajakan barang dagangannya menjelang waktu berbuka di bulan Ramadhan, tentu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menarik simpati calon pembeli. Barang-barang dagangannya akan dikemas sedemikian rupa sehingga memberikan penampilan yang menarik. Hal ini sangat penting mengingat banyak sekali barang dagangan sejenis yang dijual di lokasi berdekatan. Naluri masyarakat sebagai penjual tersebut ternyata sejalan dengan konsep teori bahwa kemasan barang dagangan harus memberikan kesan. Maksudnya adalah hanya dengan melihat kemasannya saja, calon pembeli akan tertarik untuk melihat lebih jauh dari barang yang dijajakan tersebut. Dengan kata lain, kemasan dagangan yang menarik akan dapat mempengaruhi kondisi psikologis calon pembeli hingga akhirnya barang tersebut dilihat, didekati, dan dibeli.

ร˜  Cermati sebelum membeli

Aneka jajanan yang berwarna-warni tentu sangat menggugah selera terlebih disaat menjelang berbuka puasa. Disaat perut sudah keroncongan, banyak sekali godaan untuk membeli. Namun sebagai pembeli, kita harus mampu menahan diri dan juga cermat dalam memilih jajanan. Dalam media massa kita melihat banyaknya pedagang-pedagang nakal yang sengaja menjajakan makanan tidak sehat. Mulai dari bahan baku utama hingga bahan penolong seperti pewarna yang sebenarnya bukan untuk makanan. Hal ini diperparah dengan ketidaksengajaan penjual sehingga menjadikan makanan yang dijajakan tidak sehat. Pilihlah jajanan yang Anda yakin bersih, higienis, dan komposisinya tidak akan mengganggu kondisi kesehatan tubuh kita.

Senin, 04 April 2022

MENYIKAPI KENAIKAN HARGA DI TENGAH BULAN RAMADHAN

SD Muh Bantul Kota

 

 


Oleh : Tri Winarni, S.Pd.

    Ramadhan merupakan bulan penuh hikmah dan memiliki banyak keberkahan. Pada bulan Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa sebagai wujud kepatuhan dan ketakwaan terhadap perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Diwajibkan kepada seluruh orang Islam yang beriman untuk melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan dengan tujuan agar menjadi orang-orang yang bertakwa, seperti dinyatakan pada QS Al-Baqarah 183 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

     Kedatangan bulan Ramadhan selalu disambut dengan antusias oleh umat muslim seluruh dunia. Namun bagi sebagian masyarakat Indonesia mungkin ada yang merasakan berat menjalaninya. Ditengah bulan Ramadhan ini, selain masyarakat masih harus berperang dalam menghadapi virus Corona, masyarakat juga dihadapkan dengan kenaikan harga sembako dan bensin. Faktanya terdapat sejumlah bahan sembako yang harganya naik, diantaranya minyak goreng, bawang putih, telur ayam, gula pasir, cabai, daging sapi dan ayam. PT Pertamina juga telah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax. Bersamaan dengan itu juga terjadi adanya kehabisan stok bensin Pertalite di sejumlah SPBU karena meningkatnya permintaan. 

    Meningkatnya sejumlah harga kebutuhan pokok dan bensin tersebut disebabkan oleh naiknya permintaan (demand) di bulan Ramadhan, tetapi tidak disertai dengan kenaikan supply barang. Maka, kebutuhan barang tidak tercukupi, barang langka, dan hargapun akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan hukum supply & demand pada teori ekonomi. 

   Untuk mengendalikan harga pasar, dapat dilakukan dengan cara mengendalikan persediaan barang dan kebutuhan akan barang. Untuk pengendalian unsur yang pertama, yaitu persediaan barang, tentu yang bertanggung jawab adalah pemerintah, para produsen dan para pedagang. Kemudian unsur yang kedua yaitu kebutuhan akan barang, ini tergantung dari konsumen yaitu dari kita sendiri sebagai masyarakat umum untuk mengatur kebutuhan barang yang akan kita konsumsi. 

  Konsumen berperan penting dalam menstabilkan harga barang. Bagaimana caranya?  Masing-masing orang hendaknya mengendalikan hawa nafsunya untuk membeli barang dalam jumlah sangat banyak. Bukankah puasa itu mengajak orang untuk menahan diri? Sebenarnya saat bulan Ramadhan ini adalah momen yang sangat tepat. Inti dari puasa bukan hanya menahan diri dari lapar dan dahaga saja. Namun juga sarana pengendalian hawa nafsu, entah dari membeli sembako berlebih ataupun bahkan menimbun bahan pokok maupun bensin. 

   Selain itu, ibadah puasa di bulan suci Ramadhan juga mempunyai makna sebagai berikut :

1. Melatih diri untuk tetap bersyukur kepada Allah SWT

Puasa merupakan sarana untuk mensyukuri nikmat. Maka dengan sampainya kita pada bulan Ramadhan, kita bersyukur bahwa kita masih diberi waktu oleh Allah SWT untuk menjalankan amal ibadah dengan pahala yang berlipat ganda. Saat berbuka puasa, kita juga harus merasa bersyukur masih diberi kenikmatan oleh Allah SWT untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga dengan semua rizki-Nya yang dapat kita nikmati bersama keluarga. Hati yang selalu bersyukur membuat hati kita merasa lebih iklhas dan tenang dalam menjalankan ibadah puasa.

2. Melatih diri menjadi lebih sabar.

Puasa menggabungkan 3 jenis kesabaran: sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah SWT, sabar dalam menjauhi hal yang dilarang Allah SWT dan sabar terhadap takdir Allah SWT atas rasa lapar dan kesulitan yang dirasakan selama puasa. Selama puasa pada bulan suci Ramadhan ini, kita juga diwajibkan untuk menahan diri baik dari segala emosi, seperti nafsu, amarah dan emosi yang berlebihan lainnya dapat merusak pahala puasa.

3. Melatih hidup sederhana

Berpuasa di bulan Ramadhan setidaknya kita dapat merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang kurang mampu. Ketika waktu berbuka puasa tiba, saat minum dan makan sedikit saja, kita telah merasakan nikmatnya makanan yang sedikit tersebut. Pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam sebetulnya hanya hawa nafsu saja. Sebaiknya kita sahur dan berbuka puasa secukupnya saja, tidak perlu berlebihan. Kita juga sebaiknya berbuka puasa di rumah saja bersama keluarga. Selain dapat menghemat bensin juga dapat mengurangi resiko menyebarnya virus covid 19. Jika kita punya rejeki lebih, hendaknya untuk disedakahkan atau berbagi kepada orang yang tidak mampu serta mengurangi beban fakir dan miskin. 

    Jadi, sangatlah merugi jika kita selalu mengeluh akan keadaan dan memikirkan duniawi semata. Kita harus ikhlas, sabar, dan selalu bersyukur dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini bagaimanapun keadaanya. Mari kita mulai dari diri sendiri, memposisikan diri kita sebagai masyarakat/konsumen yang bijak dan umat muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT. Akan sangat merugi seorang muslim bila tidak memanfaatkan datangnya bulan Ramadhan ini dengan memperbanyak amalannya. Semoga Allah SWT menerima setiap amal ibadah kita. Aamiin.