Senin, 21 Februari 2022

Pentingnya Penerapan Pendidikan Karakter di Indonesia

 


Oleh : Ria Wahyuningsih, S.Pd.Gr.

Belakangan ini banyak dijumpai kasus dan pemberitaan  yang bersifat negatif di dunia pendidikan beredar di masyarakat luas. Mulai dari adanya oknum guru yang melakukan hukuman fisik terhadap siswanya dikarenakan siswa tersebut datang terlambat saat jam pelajaran. Hukuman yang diberikan ternyata bukan hukuman yang  sewajarnya dilakukan oleh guru-guru pada umumnya. Hukuman tersebut layak dinamakan sebagai penganiayaan dan kekerasan fisik yang justru dapat merenggut nyawa siswa tersebut.

Selain itu, tak sedikit terjadi kasus sebaliknya, yakni guru yang dianiaya oleh siswanya.  Guru yang seharusnya dihargai dan dihormati justru mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari siswanya. Misalnya saja, ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, ada siswa yang tidak mendengarkan dan membuat gaduh suasana kelas. Guru tersebut secara spontan menegur dan menasihati siswa tersebut. Alih-alih meminta maaf atau menerima nasihat dari gurunya, siswa tersebut justru melayangkan tamparan, pukulan, dan tinjuan ke tubuh gurunya.

            Belum lagi, adanya kasus guru yang dituntut dan dipenjarakan oleh oknum orang tua siswa. Kejadian itu berawal dari rasa tidak terima atas perlakuan guru yang mencubit anaknya ketika di sekolah. Kasus ini pun berbuntut panjang.

Ya. Miris memang. Menyaksikan segelintir kejadian nyata tersebut. Mengapa hal-hal seperti itu bisa terjadi? Apa yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia? Apa yang perlu diterapkan agar kasus-kasus serupa tidak terulang lagi?.

Barangkali, mengimplementasikan pendidikan karakter salah satu solusi permasalahan tersebut. Mengapa harus pendidikan karakter? Pendidikan karakter adalah pendidikan yang sangat penting bagi kita terutama bagi anak-anak yang masih dalam dunia pendidikan, karena pendidikan karakter dalam dunia pendidikan ini dijadikan sebagai wadah atau proses untuk membentuk pribadi agar menjadi pribadi yang baik. Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral, di mana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri ke arah hidup yang lebih baik.

Secara luas, pendidikan karakter tidak hanya diterapkan kepada siswa. Tetapi juga bisa diterapkan kepada guru dan orang tua. Pendidikan karakter akan berhasil dengan baik jika ada sinergi antara guru dan orang tua. Karena pendidikan karakter  tidak hanya diterapkan di sekolah, melainkan juga harus diterapkan di rumah. Guru dan orang tua harus konsisten memberikan contoh karakter-karakter yang harus dimiliki siswa. Jangan sampai, hanya siswa yang getol diminta untuk berkarakter baik, tapi justru guru dan orang tua bertindak sebaliknya.

Pengimplementasian pendidikan karakter di sekolah bisa dimulai dari hal- hal yang mudah dan sering dilakukan oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-hari. Karakter tersebut harus diulang-ulang hingga menciptakan kebiasaan yang baik terhadap siswa. Harapannya, dengan adanya pembiasaan tersebut, siswa menjadi memiliki karakter yang ditanamkan.

Misalnya, guru membiasakan siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Sekecil apapun sampahnya, siswa tidak diperkenankan untuk membuangnya secara sembarangan. Guru juga dapat mencontohkan sikap tersebut.  Ketika di kelas ditemukan sampah, guru juga berinisiatif untuk memungut dan membuangnya ke tempat sampah. Setelah beberapa hari penerapan, guru dapat memberikan tes kecil  kepada siswanya. Misalnya, guru bisa menaruh sobekan kertas yang diremas-remas menyerupai sampah dan meletakkannya di lantai tanpa sepengetahuan siswanya. Guru mengamati bagaimana respon siswa terhadap sampah tersebut.

Contoh lain yang  bisa diterapkan adalah karakter untuk mengembalikan sesuatu pada tempatnya atau menjadikan keadaan seperti sedia kala. Memang tampaknya ini hal sepele. Tapi ternyata tidak semua orang memiliki karakter tersebut. Guru bisa mengajak siswa untuk merapikan tempat duduk sebelum ditinggalkan, menghapus papan tulis setelah digunakan, mengembalikan buku yang telah di baca ke rak buku, meletakkan sepatu di rak sepatu, dan lain sebagainya.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru juga dapat mengemas kegiatan pembelajaran melalui kegiatan diskusi. Diskusi bisa dilakukan dalam kelompok- kelompok kecil maupun secara klasikal. Dengan berdiskusi, banyak nilai karakter yang dapat dikembangkan. Diantaranya menghargai perbedaan pendapat, berbicara secara sopan, tidak memaksakan kehendak, menerima keputusan dengan lapang dada, serta berlatih untuk  tidak memotong pembicaraan orang lain. 

Selain contoh- contoh karakter tersebut, masih banyak karakter lainnya yang dapat dikembangkan. Pemerintah menggencarkan adanya 18 nilai-nilai karakter bangsa. Dari 18 nilai tersebut kemudian diberi penguatan terhadap 5 kerakter, yaitu religious, nasionasil, mandiri, gotong royong, dan integritas. Dengan diterapkannya pendidikan karakter tersebut dan adanya sinergi antara pendidikan karakter di sekolah dan di rumah, diharapkan mampu membentuk siswa  dengan memiliki moral yang baik.

SD Muh Bantul Kota

Author & Editor

SD Muhammadiyah dengan motto Sekolah Para Juara.

0 comments:

Posting Komentar